Mengenal Pesisir Cirebon Lebih Dalam Bareng Ken, Dicky, dan Pute

CIREBON, oceanography.fitb.itb.ac.id, Pada tanggal 18-23 Juli 2023 merupakan kesempatan yang berharga bagi Ken Dedes (12921005), Dicky Hendrawan (12921013) dan Putri Ardianty Maulida (Pute) (12921008). Mereka adalah mahasiswa program studi Oseanografi yang berkesempatan untuk mengikuti program PKKM (Program Kompetisi Kampus Merdeka) tahun 2023 di PT. Geo Sagara Triptayasa. ”Pada tanggal 18-23 Juli 2023, aku bersama dua rekanku lainnya berkesempatan untuk mengikuti survey batimetri di Desa Mertasinga, Kabupaten Cirebon.”, tulis Pute pada Weekly Assignment PKKM.

Kegiatan PKKM di sambut hangat oleh 3 mahasiswa Angkatan 21 ini, hal tersebut disampaikan oleh ken dalam tulisannya yang menyebutkan bahwa kegiatan survey ini bertujuan untuk mengukur Batimetri daerah kajian yang ada di laut Cirebon sekaligus mengenalkan alat-alat yang dipakai untuk survey. Jujur ini adalah pengalaman paling menarik dan berkesan karena kami jadi lebih mengenal alat-alat keperluan survey oseanografi. Seperti kuliah lapangan mata kuliah pendahuluan oseanografi kedua.

PT. Geo Sagara Triptayasa merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa survei hidrografi dan merupakan konsultan yang melayani berbagai keperluan data dan analisis dalam bidang kebumian, khususnya laut dan pantai. Salah satu wilayah kajian yang dilakukan oleh Ken, Dicky dan Pute adalah perairan sekitar Cirebon. “Perairan Cirebon ini termasuk ke dalam kategori perairan dangkal. Jadi beberapa nelayan membuat bagan untuk tambak kerang di tengah laut”, tutur Pute saat menjelaskan kegiatan magangnya.

Sesampainya di Cirebon Ken, Dicky dan Pute didampingi oleh Kang Isa yang merupakan alumni ose itb 2005 dan Ang Car. Ang Car adalah nelayan yang membatu dalam survey ini dan menyewakan kapalnya sebagai akomodasi survey menuju daerah yang dituju. “Beliau dan keluarga sudah dianggap seperti bapak dan sanak saudara karena begitu baiknya kepada kami”, tulis Ken.

Pada tanggal 19 Juli, Ken, Dicky dan Pute mendapat arahan untuk instalasi rambu palem pasut. Untuk membuat palem pasut, mereka ditugaskan untuk mengambil bambu pada bagan tambak kerang nelayan terlebih dahulu. Menurut Pute, pengalaman untuk mengambil bambu di bagan tersebut merupakan pengalaman paling tak terlupakan. Berjalan di bagan tersebut merupakan hal paling sulit sepanjang survey. Hal ini karena jalan di bagan tersebut hanya bertumpu pada 1-2 bambu saja. “Kalau kita oleng sedikit, bisa jatoh ke laut” keluh Pute saat mengambil bambu. Apresiasi berat untuk para nelayan yang sudah terbiasa jalan diatas satu bambu tersebut. Setelah mengambil bambu tersebut, akhirnya mereka bisa sukses menanam rambu palem pasut pada daerah yang ditentukan.

Setelah selesai, mereka menepi ke darat untuk mulai levelling. Waktu saat itu sudah menunjukkan pukul 2 siang, angin di daerah tersebut juga sudah lumayan kencang. Alhasil pengukuran levelling mereka hanya bisa seadanya. Setelah melakukan levelling, mereka melanjutkan kegiatan selanjutnya pada tanggal 20 dan 21 juli untuk pengambilan data batimetri. Kegiatan itu merupakan kegiatan yang paling melelahkan. Mereka diharuskan berputar-putar di laut selama beberapa jam (saat itu kurang lebih sampai 6 jam) untuk mengambil data. Dengan kondisi ombak yang tenang sampai lumayan besar. “Namun, pengalaman berharga bagi aku adalah bisa menggunakan automatic level waterpass dengan baik. Ilmu yang didapat jadi lebih bermanfaat walau kondisi saat itu kurang mendukung”, tulis Pute.

Kegiatan PKKM ini mendapatkan respons positif dari Ken, Dicky dan Pute.”Survey ini cukup membukakan mata saya akan dunia pekerjaan dan consultant surveyor. Semoga kedepannya saya dapat mengikuti kegiatan survey oseanografi di wilayah Indonesia aamiinn”, “Selama 3 hari tersebut banyak kejadian menarik di kapal seperti kami melihat nelayan dengan cara menangkap ikan yang berbeda beda sampai cara nelayan sekitar menentukan cuaca dengan melihat gunung ciremai” ujar Ken dan Dicky sebagai penutup dalam Weekly Assignment PKKM.

Leave a Comment